Jumat, 05 Mei 2017

TENTANG AKHLAK DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN



MAKALAH QUR’AN HADIST

TENTANG AKHLAK DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN


Dosen pengampu;
Khoirul Anam


Oleh;
Novia Alfia Istiqomah
16340021


PRODI ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARIAH & HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Semakin canggihnya ilmu pengetahuan, zaman semakin moderen dan  manusiapun hidup  beragam dengan kemudahan-kemudahan yang di sajikan oleh moderenisasi dunia. Peradaban di era globalisasi saat ini membuat kodrat manusia sebagai hamba ALLAH SWT yang semata-mata hanya di wajibkan patuh dan hanya menyembah satu kepadanya, kini menjadi sedikit terasingkan dan tersingkirkan dari kehidan sehari-hari manusia itu sendiri. yang mana di karenakan merosotnya Iman-iman manusia itu sndiri “subhanallah”. Kini Tindakan mereka semakin tidak terkontrol lagi, kemerosotan ahlak dan moral yang seharusnya menjadi hal yang di prioritaska dalam melakoni kehidupan sosial mereka di dunia yang hanya sementara ini kini hanya menjadi kata-kata khiasan saja dalam kehidupan mereka tanpa mengetahui maknanya. Kemerosotan moral dan ahlak manusia itu semakin hari semakin bertambah parah, yang dalam artian perilaku dan tindakan mereka semakin tidak terkontrol dengan ketidak tauanya dan ketidak adanya pelakon yang menggambarkan bagaimana semestinya contoh manusia yang beriman kepada ALLAH SWT.
Oleh karena itu marilah kita bersama-sama berusaha sekeras dan semaksimal mungkin demi tercapainya keimanan yang hakiki kepada ALLAH SWT.


B.     RUMUSAN MASALAH
                                I.            Pengantar ilmu akhlak
a)      Pengertian
b)      Sumber-sumber ajaran akhlak
c)      Pembagian akhlak
                             II.            Konsep akhlaqul karimah dalam islam
a)      Cara berakhlak dalam islam
b)      Perintah ber-akhlaqul karimah
                          III.            Akhlaqul madzmumah
a)      Pengertian
b)      Sifat-sifat tercela






C.     TUJUAN
Sebagai bahan pembelajaran dan pertimbangan mengenai baik buruknya ahlak, moral serta etika seseorang dalam islam, yang menyasar pada perebaikan dan kemajuan penegetahuan ahlak, moral serta etika seorang manusia di masa yang akan datang nantinya.
























BAB II
PEMBAHASAN

I.                   PENGANTAR ILMU AKHLAQ
a.       Pengertian
Menurut bahasa (etimologi) perkataan akhlak ialah bentuk jamak dari khuluq (khuluqun) yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku,tabi’at.[1] Akhlak disamakan dengan kesusilaan, sopan santun. Khuluq merupakan gambaran sifat batin manusia, gambaran bentuk lahiriah manusia, seperti wajah, gerak anggota badan dan seluruh tubuh. Dalam bahasa yunani pengertian khuluq ini disamakan dengan kata athicos atau ethos, artinya adab kebiasaan, perasaan batin, kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan. Ethicos kemudian berubah menjadi etika. [2]
Pada hakikatnya khuluq (budi pekerti) atau akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi keperibadian. Dari sini timbulah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pikiran.
Dapat dirumuskan bahwa akhlak ialah ilmu yang mengajarkan manusia berbuat baik dan mencegah perbuatan jahat dalam pergaulannya dengan tuhan, manusia, dan makhluk disekelilingnya. [3]
b.      Sumber-sumber ajaran akhlak
Sumber ajaran akhlak ialah al-quran dan hadis. Tingkah laku nabi muhammad SAW merupakan contoh suri teladan bagi umat manusia semua. Ini ditegaskan oleh allah dalam al-quran surah al-ahzab (33): 21

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

Artinya; Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

Tentang akhlak pribadi rosulullah dijelaskan pula oleh aisyah ra. Diriwayatkan oleh imam muslim. Dari ‘aisyah ra berkata: sesungguhnya akhlak roselullah itu akhlak al-quran.   (HR. Muslim). Hadis rosulullah meliputi perkataan dan tingkah laku beliau, merupakan sumber akhlak yang kedua setelah al-quran. Segala ucapan dan perilaku beliau senantiasa mendapat bimbingan dari allah SWT.
ALLAH BERFIRMAN QS AN-NAJM (53):3-4

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى (٣) إِنْ هُوَ إِلا وَحْيٌ يُوحَى (٤)

Artinya;
3. Dan tidaklah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut keinginannya.
4. Tidak lain (Al Qur’an itu) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)



c.       Pembagian akhlaq
Ada dua jenis akhlaq dalam islam, yakni akhlaq karimah (akhlaq terpuji) ialah akhlaq yang baik dan benar menurut syariat islam, dan akhlaq madzmumah (akhlaq tercela) ialah akhlaq yang tidak baik dan tidak benar menurut islam[4]

1.      Akhlak karimah (akhlak terpuji)
Adapun jenis-jenis akhlaqul karimah itu sebagai berikut:
·         Al-amanah (sifat jujur dan dapat dipercaya)
Sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang, baik harta, ilmu, rahasia, atau lainnya yang wajib dipelihara dan disampaikan kepada yang berhak menerimanya.
·         Al-alifa (sifat yang disenangi)
Hidup dalam masyarakat yang heterogen memang tidak mudah menerapkan sifat al-alifa, sebab anggota masyarakat terdiri dari bermacam-macam sifat, watak, kebiasaan, dan kegemaran satu sama lain berbeda. Orang yang bijaksana tentulah dapat menyelami segala anasir yang hidup ditengah masyarakat, menaruh perhatian kepada segenap situasi dan senantiasa mengikuti setiap fakta dan keadaan yang penuh dengan aneka perubahan.
·         Al-‘afwu (sifat pemaaf)
Manusia tiada sunyi dari khilaf dan salah. Maka apabila orang berbuat sesuatu terhadap diri seseorang yang karena khilaf atau salah, maka patutlah dipakai sifat lemah-lembut sebagai rahmat allah terhadapnya, maafkanlah kekhilafan dan kesalahannya, janganlah mendendam serta mohonkanlah ampun kepada allah untuknya, semoga ia surut dari langkahnya yang salah, lalu berlaku baik dimasa depan sampai akhir hayatnya.
·         Anie santun (sifat manis muka)
Menghadapi sikap orang yang majemukan, mendengar berita fitnah yang memburukkan nama baik, harus disambut semuanya itu dengan manis muka dan senyum. Betapa banyak orang-orang pandai lagi bijaksana memakaisikap ini dan banyak terjadi didunia diplomasi orang memperoleh sukses dan mencapai kemenangan, hanya dengan keep smiling diplomatnya dimeja perundingan. Dengan muka manis, dengan senyum menghias bibir, orang lain dapat mengakui dan menghormati segala keinginan baik seseorang. 
·         Al-khairu (kebaikan atau berbuat baik)
Betapa banyaknya ayat al-quran yang menyebutkan apa yang dinamakan baik, cukuplah itu sebagai pedoman, ditambah lagi denga penjelsan dari rosulullah saw. Sudah tentu tidak patut hanya pandai menyuruh orang lain berbuat baik, sedangkan diri sendiri enggan mengerjakannya. Dari itu mulaillah dari dir sendiri (ibda’ binafsi) untuk berbuat baik. Tidak perlu disuruh berbuat baik terhadap sesama manusia, tetapi juga terhadap hewan hendaknya juga berbuat baik sebab setuap kebaikan walaupun kecil sekali namun allah akan membalasnya juga kelak diakhirat, demikian janjinya. Bisikan setan yang selalu ingin menjerumuskan ke lembah kejahatan, janganlah didengarkan, berlindunglah kepada allah yang maha mendengar lagi maha mengetahui.
·         Al-khusyu’ (tekun bekerja sambil menundukan diri (berzikir kepada-nya))
Khusyu’ dalam perkataan , dibaca khusus kepada allah rabbul ‘alamin dengan tekun sambil bekerja dan menundukkan diri takut kepada allah. Ibadah dengan merendahkan diri, menundukkan hati, tekun dan tetap, senantiasa bertasbih, bertakbir, bertahmid, bertahlil, memuja asma allah, menundukan hati kepada nya, khusyu’ dikala sholat, memelihara penglihatan, menjaga kehormatan, berbicara dengan tenang dan sederhana, tunduk hanya kepadanya, itulah sebenarnya akhlaqul karimah.

2.      Akhlaqul madzmumah
Adapun jenis-jenis akhlaqul madzmumah (akhlaq tercela) itu adalah sebagai berikut:
a.       Ananiyah (sifat egiustis)
Menusia hidup tidaklah menyendiri, tetapi berada ditengah-tengah masyarakat yang heterogen. Ia harus yakin bahwa perbuatan baik, masyarakat turut mengecap hasilnya, tetapi jika akibat perbuatannya buruk masyarakatpun turut pula menderita.
b.      Al-baghyu (suka obral diri pada lawan jenis yang tidak hak (melacur))
Melacur dikutuk masyarakat, baik laki-laki ataupun wanita. Wanita yang beralasan karena desakan ekonomi, atau patah hati dengan suaminya, mencari kesenangan hidup pada jalan yang salah, jelas dilaknat allah. Orang yang melakukan berarti imannya dangkal. Kegemaran melacur, menimbulkan mudharat yang tidak terhingga, dapat memperoleh penyakit dan merusak tatanan sosial. Orammg yang melakukan, didunia hanya mendapat nikmat sesaat, seterusnya orang pun benci, apalagi di akhirat kelak, api neraka menunggu pula baginya disana.
c.       Al-bukhlu (sifat bakhil, kikir, kedekut ( terlalu cinta harta))
Bakhil, kedekut, kikir adalah sifat yang sangat tercela dan paling dibenci allah. Hidup didunia ini hanya sementara, apa yang allah amanahkan hanya pinjaman sementara saja. Jika mati jelas semua yang ada didunia ini tidak akan dibawa kecuali hanya kain kafan pembungkus saja. Maka tinggallah semua sifat baghil, kikir, kedekut itu, semua kekayaan tidak akan dibawa ke kubur. Orang kikir biasanya pintu rezekinya sering tertutup.
d.      Al-kadzab (sifat pendusta atau pembohong)
Maksudnya sifat mengada-ada sesuatu yang sebenarnya tidak ada, dengan maksud untuk merendahkan seseorang. Kadang-kadang ia sendiri yang sengaja berdusta. Dikatakannya orang lain yang menjadi pelaku, juga adakalanya secara brutal ia bertindak, yaitu mengadakan kejelekan terhadap orang yang sebenarnyatidak bersalah. Orang seperti ini setiap perkataannya tidak dipercaya orang lain. Didunia ia akan memperoleh derita dan diakhirat ia akan menerima siksa. Menghadapi orang yang bersifat demikian, apabila ia membawa berita, hendaklah berhati-hati, jangan mudah diperdayakannya, sebab berdusta sudah memang hobinya, celaka lah setiap pendusta, pengumpat pencela, dan pemfitnah. 
e.       Al-khamru (gemar minum-minuman yang mengandung alkohol (al-khamr))
Minuman beralkohol walaupun rendah kadarnya diharamkan, sebab mengakibatkan mabuk. Bilamana orang sedang mabuk maka hilanglah pertimbangan akal sehatnya. Akal merupakan kemudi yang dapat membedakan baik dari yang buruk, benar dari yang salah. Kehilangan pertimbangan akal menyebabkan orang lupa kepada allah dan agama. Agama adalah akal, tiada beragama bagi orang yang tidak berakal. Setelah hilang akal maka hilanglah sifat malunya.
f.        Al-kinayah (sifat penghianat)
Karena tindakannya yang licik, sifat khianat untuk sementara waktu tidak diketahui manusia, tetapi allah maha mengetahui. Ia tidak segan bersumpah palsu untuk memperkuat dan membenarkan keterangannya bila ia tertuduh, karena ia tidak mempunyai rasa tanggung jawab. Dia tidak memperoleh keuntungan dari tindakannya yang tidak jujur itu, sifat senang mengorbankan teman sendiri, jadi musuh dalam selimut, menggunting dalam lipatan, menolak kawan seiring dan membahayakan keselamatan dirinya. Sifat amanah membawa kelapangan rezeki, sedangkan khianat menimbulkan kefakiran.
g.      Azh-zulmun (sifat aniaya)
Aniaya ialah meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya, mengurangi hak yang seharusnya diberikan. Penganiayaan dapat memutuskan ikatan persaudaraan antara sesama manusia. Itulah sebabnya agama melarang zalim karena manusia selalu mempunyai kekurangan-kekurangan. Manusia harus tolong-menolong dalam kehidupan masing-masing. Dan tidak boleh menganiaya.
h.      Al-jubnu (sifat pengecut)
Sifat pengecut adalah perbuatan hina, sebab tidak berani mencoba, belum mulai berusaha sudah menganggap dirinya gagal. Ia selalu ragu-ragu dalam bertindak. Keragu-raguan memulai sesuatu itu berarti kekalahan. Orang muslim harus tegas, cepat mengambil keputusan dan tidak menunggu. Karena itu ketidaksanggupan berusaha dan takut berjuang menghadapi kenyataan, lebih baik mati saja tidak usah hidup.

II.                KONSEP AKHLAQUL KARIMAH DALAM ISLAM
Konsep akhlaqul karimah dalam islam merupakan suatu pedoman bagi manusia untuk menjalani kehidupannya dengan berperilaku yang baik dan tidak meninggikan dirinya sendiri maupun orang lain. Sebagai manusia yang mempunyai fitrah berakhlaq mulia, hendaklah bersyukur kepada allah SWT. Dengan berakhlaq baik, insyaallah selamat hidup didunia dan di akhirat kelak.
a.      Cara berakhlaq dalam islam
Islam telah menunjukkan sumber-sumber akhlaq, yaitu tercantum dalam al-quran dan hadis. Pada al-quran dan hadis tersebut sudah tersurat makna yang baik, berupa suruhan dan larangan untuk dilakukan oleh manusia selama hidup didunia. Cara berakhlakul karimah harus mencontoh orang-orang terdahulu, seperti orang-orang yang telah dianugerahkan allah kepadanya. Allah berfirman;


لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا


Artinya; Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.( Q.S Al-Ahzab (33):21)

Al-muntahanah (60):4)

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّىٰ تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ إِلَّا قَوْلَ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ ۖ رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ

 Artinya;Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya: "Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah". (Ibrahim berkata): "Ya Tuhan kami hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali".

Sumber ini sebagai pembimbing, petunjuk jalan utama bagi manusia menuju jalan benar yang diridhai allah, supaya manusia selamat didunia dan selamat juga di akhirat. Islam tidak mengabaikan umatnya, tetapi menaruh fitrah pada manusia. Islam tidak memaksakan manusia untuk melakukan ini dan itu, tetapi islam meletakkan semua tanggung jawab akhlaqul karimah pada pilihan (ikhtiar) dan usaha orang itu sendiri secara individu masing-masing. Pada kenyataannya bahwa syariat islam semuanya berisikan perintah, larangan, maupun perizinan (ibadah), supaya manusia selalu berpijak dijalan yang benar dan diridhai allah. Islam agama yang meletakkan asas akhlaqul karimah pada seluruh cabang-cabang ilmu pengetahuan. Intinya mengajarkan hubungan baik antara manusia dengan tuhannya, manusia dengan sesama manusia dan makhluk lainnya.
Akhlaqul karimah dalam islam mengatur kehidupan manusia untuk menjalani kehidupan dunia, dan ajaran akhirat untuk kehidupan yang kekal. Perwujudan nilai-nilai akhlak sesuai dengan norma-norma kebutuhan yang oleh islam disebut amal soleh. Sebagian atau keseluruhan ajaran nabi muhammad selalu menjurus langsung pada nilai-nilai kesusilaan, sebab dapat dipastikan bahwa dengan bertingkah laku sopan dan baik terhadap tuhan, rosul-nya, diri sendiri, orang lain maupun kepada sesama makhluk hidup lainnya, hanyalah orang yan berakhlaqul karimah.
Sikap setiap umat islam terhadap khalik berlandaskan kesadaran bahwa allah mengetahui, bukan saja yang nyata dari segala sepak terjangnya, tetapi juga yang jauh tersembunyi dalam lubuk hati seseorang. [5]
Akhlaqul karimah seseorang terletak pada diri orang itu sendiri, yaitu pada fitrahnya. Jika manusia didunia telah berjalan dijalan yang benar sesuai dengan fitrahnya berdasarkan al-quran dan hadis, maka dapat dipastikan bahwa manusia tersebut sampai pada derajatnya “insan kamil” atau manusia yang sempurna.[6]

b.      Perintah berakhlaqul karimah
Perintah ialah suatu yang wajib dilakukan, secara individu maupun kelompok. Perintah dapat diklasifikasikan kepada dua bagian. Pertama, perintah dari allah; kedua, perintah dari manusia. Perintah daari allah, yaitu perinntah untuk melaksanakan agama secara kaffah. Perintah dari manusia ialah sesuai dari sumbernya, yaitu dari pemerintah. Orang tua, majikan, guru, dan boleh jadi dari teman sebaya. Perintah dari allah berupa syariat, hukumnya wajib dilaksanakan.
Perintah untuk ber-akhlaqul karimah dalam al-quran adalah sebagai berikut:
Ali imran (3): 104)
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Artinya;Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.
Kejayaan, kemuliaan umat dimuka bumi ini adalah karena kebaikan akhlak mereka, dan kerusakan yang timbul dimuka bumi ini disebabkan oleh perbuatan mereka sendiri.
Kebaikan dan bentuk kemuliaan manusia yang diberikan tuhan karena manusia telah diberi hidayah sebagai senjata hidup yang telah lengkap daripada makhluk hidup yang lainnya. Adapun hidayah-hidayah tersebut adalah sebagai berikut;
1.      Insting (hidayah ghariziah) yaitu suatu kepandaian yang dimiliki manusia dan diamalkan sampai akhir hayatnya;
(QS. Maryam (19): 55)

وَكَانَ يَأْمُرُ أَهْلَهُ بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ وَكَانَ عِنْدَ رَبِّهِ مَرْضِيًّا

Artinya;Dan ia menyuruh ahlinya untuk bersembahyang dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Tuhannya.

(QS. An-najm (53): 41)
ثُمَّ يُجْزَاهُ الْجَزَاءَ الْأَوْفَىٰ
Artinya; Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna,
2.      Pancaindra ( hidayah hawasiyah), yaitu sebagai kemuliaan ciptaan allah dan kelengkapan tubuh pemberian allah;
(QS. At-tin (53):4))
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
Artinya;sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.

3.      Akal (hidayah aqliyah) . dengan akal manusia dapat mengembangkan kepandaian, dengan belajar manusia dapat membuka rahasia alam, dengan akal inilah manusia berbeda dengan binatang;
(QS. Az-zumar (39): 18))
الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ ۚ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمُ اللَّهُ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمْ أُولُو الْأَلْبَابِ
Artinya; yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.


4.      Agama (hidayah diniyah). Agama adalah petunjuk allah , jalan yang lurus untuk mendapat keridhaan allah, tali allah dan petunjuk menuju hablumminallah wahablumminannas.
(QS. Al-baqarah (2): 256))

لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ ۖ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىٰ لَا انْفِصَامَ لَهَا ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Artinya; Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

III.             AKHLAQUL MADZMUMAH
Kehidupan muslim yang baik dapat menyempurnakan akhlaknya sesuai yang telah dicontohkan oleh nabi muhammad SAW. Akhlak yang baik dilandasi oleh ilmu, iman, amal dan takwa. Ia merupakan kunci bagi seseorang untuk melahirkan perbuatan dalam kehidupan yang diatur oleh agama.
      Dengan ilmu, iman, amal, dan takwa seseorang dapat berbuat kebajikan, seperti shalat, puasa, berbuat baik sesama manusia, dan kegiatan-kegiatan lain yang merupakan interaksi sosial. Sebaliknya tanpa ilmu, iman,amal dan takwa, seseorang dapat berperilaku yang tidak sesuai dengan akhlaqul karimah sebab ia lupa kepada allah yang telah menciptakannya. Keadaan demikian menunjukkan perlu adanya pembangunan iman untuk meningkatkan akhlak seseorang.

a.      Pengertian akhlaqul madzmumah
Akhlaqul madzmumah ialah perangai atau tingkah laku pada tutur kata yang tercermin pada diri manusia, cenderung melekat dalam bentuk yang tidak menyenangkan orang lain[7].
Akhlaqul madzmumah merupakan tingkah laku kejahatan, kriminal, perampasan hak.[8] Sifat ini sudah ada sejak lahir, baik wanita maupun pria yang tertanam dalam jiwa setiap manusia, akhlak secara fitrah manusia baik, namun dapat berubah menjadi akhlak buruk apabila manusia itu lahir dari keluarga yang tabiatnya kurang baik, lingkungannya buruk, pendidikan tidak baik, dan kebiasaan-kebiasaan tidak baik sehingga menghasilkan akhlak ynag buruk.
Sesuatu yang dikatakan buruk apabila membuat orang menjadi tidak senang dedngan apa yang diperbuatnya, tidak memberikan kepuasan dan tidak memberikan kenikmatan terhadap sesuatu yang dibuatnya juga tidak sesuai dengan yang diharapkan, sesuatu yang dinilai negative oleh orang yang menginginkannya. [9]
Akhlak buruk, yaitu suatu sifat yang tercela dan dilarang oleh norma-norma ynag berlaku dalam kehidupan sehari-hari. Apabila seseorang melaksanakannya niscaya mendapatkan dosa (adz-dzanb) dari allah karena perbuatan tersebut adalah perbuatan yang tercela dihadapan allah.
Kata adz-dzanb dalam bahasa arab ialah al-itsm, al-jurm, dan al-ma’shiyah. Makna dosa dalam syariat islam ialah melakukan sesuatu yang dilarang, meninggalkan suatu perbuatan yang diperintahkan. Jika agama menetapkan sanksi didunia atas suatu dosa, maka dosa itu adalah termasuk jinayah (perkara perdata) yang pelakunya dpat dikenai sanksi.[10]


b.      Sifat-sifat tercela
Sifat tercela, yaitu suatu perbuatan yang dapat merugikan orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Dalam ajaran islam sifat tercela ini sangat dibenci oleh allah, karena sifat tercela sangat hina. Perbuatan tercela ini biasanya dilandaskan pada nafsu yang tidak baik. Apabila ia mempunyai nafsu yang tidak baik maka orang tersebut pasti mempunyai sifat tercela. Sifat ini sangat disenangi oleh iblis. Orang yang melaksanakan perbuatan tercela dianggap sebagai sahabat karibnya dan orang yang menjauhi sifat tercela, dianggapnya sebagai musuh terbesarnya.
Siapa yang mempunyai sifat tercela ini, niscaya orang itu mendapat siksaan didunia dan mendekam dalam neraka di akhirat. Karena itu sifat tercela ini harus dijauhi, agar tidak menjadi sahabat karib iblis dineraka. Cara menghindari sifat tercela, harus memperbanyak ilmu keagamaan, mengamalkannya, dan berserah diri kepada allah. Harus diyakini bahwa hidup didunia tidak kekal dan berakhir dengan kematian yaitu akhir yang kekal tempat menerima balasan baik dan balasan buruk yang dilakukan manusia didunia.
Sifat-sifat buruk dalam kehidupan manusia tergambar dari perkataan dan perbuatannya. Sifat-sifat buruk itu secara umum adalah sebagai berikut;
1.      Sifat dengki
Dengki menurut bahasa (etimologi) berarti menaruh perasaan marah (benci, tidak suka) karena sesuatu yang amat sangat kepada keberuntungan orang lain.[11] Dengki ialah rasa benci dalam hati terhadap kenikamatan orang lain dan termasuk penyakit hati dan merupakan sifat tercela, hukum nya haram karena dapat merugikan orang lain.
2.      Sifat iri hati
Kata iri menurut bahasa (etimologi) artinya merasa kurang senang melihat kelebihan orang lain, kurang senang melihat orang lain beruntung, cemburu dengan keberuntungan orang, tidak rela apabila orang lain mendapatkan nikmat dan kebahagiaan.
Iri hati merupakan perbuatan yang tercela, hukumnya haram.. apabila seseorang mendapat nikmat misalnya, lulus, naik kelas, punya sesuatu, sukses dalam mengejar cita-cita, hendaknya harus bersyukur, itulah sifat seorang muslim. Selanjutnya keberhasilan tersebut merupakan cambuk agar bekerja keras dan ulet sehingga berhasil dalam meraih cita-cita yang baik. Sikap mental yang harus ditimbulkan ialah yakin pada usahanya sendiri, insyaallah berhasil, karena memang usaha seseorang itu berbeda-beda.
3.      Sifat angkuh (sombong)
Angkuh merupakan pribadi seseorang, menjadi sifat yang telah melekat pada diri orang tersebut. Sombong, yaitu menganggap dirinya lebih dari yang lain sehingga ia berusaha menutupi dan tidak mau mengakui kekurangan dirinya, selalu merasa lebih besar, lebih kaya, lebih pintar, lebih dihormati, lebih mulia, dan lebih beruntung dari yang lain. Maka biasanya orang seperti ini memandang orang lain lebih buruk, lebih rendah dan tidak mau mengakui kelebihan orang tersebut, sebab tindakan itu menurutnya sama dengan merendahkan menghinakan dirinya sendiri. [12]





















Daftar pustaka
A Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: pustaka setia, 1997)

Sahilun A. Nasir, Tinjauan Akhlak, (surabaya: Al-ikhlas, 1991)

Asmaran AS,  Pengantar Studi Akhlak,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002)
Barmawi Umary, Materi Akhlak, (solo: Ramadhani, 1993)
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, Cet. Ke-2 (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994)

Sayyid Hasyim Ar-Rasuli Al-Mahallati, Akibat Dosa, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2001)
Abdullah Salim, akhlak islam membina masyarakat dan rumah tangga, (jakarta: Raja Grafindo, 1997)

Metlor Ahmad, Etika Dalam Islam, (surabaya: Al-ikhlas, 1993)



[1] A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: pustaka setia), 1997) hlm. 11.
[2] Sahilun A. Nasir, Tinjauan Akhlak, (surabaya: Al-ikhlas, 1991) hlm. 14.
[3] Asmaran AS,  Pengantar Studi Akhlak,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 1.
[4] Barmawi Umary, Materi Akhlak, (solo: Ramadhani, 1993) hlm. 196
[5] Abdullah Salim, akhlak islam membina masyarakat dan rumah tangga, (jakarta: Raja Grafindo, 1997).hlm. 20.
[6] Metlor Ahmad, Etika Dalam Islam, (surabaya: Al-ikhlas, 1993), HLM.113
[7] Rachmat Djatmika, Sistem Etika Islam, (Jakarta:pustaka Panji Mas, 1996),hlm. 26.
[8] Lihat: Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: lembaga studi islam dan kemasyarakatan, 1999), hlm. 1-5.
[9] Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, Cet. Ke-2 (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), hlm. 25-26.
[10] Sayyid Hasyim Ar-Rasuli Al-Mahallati, Akibat Dosa, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2001), hlm. 19.
[11] Tim penyusun kamus, op. Cit., hlm.251.
[12] Mohammad Yusuf, pendidikan agama islam, (jakarta: erlangga, 1994), hlm. 4.

1 komentar:

  1. KISAH CERITA SAYA SEBAGAI NAPI TELAH DI VONIS BEBAS,
    BERKAT BANTUAN BPK Dr. H. Haswandi ,SH.,SE.,M.Hum BELIAU SELAKU PANITERA MUDA DI KANTOR MAHKAMAH AGUNG (M.A) DAN TERNYATA BELIAU BISA MENJEMBATANGI KEJAJARAN PA & PN PROVINSI.

    Assalamu'alaikum sedikit saya ingin berbagi cerita kepada sdr/i , saya adalah salah satu NAPI yang terdakwah dengan penganiayaan pasal 351 KUHP dengan ancaman hukuman 2 Tahun 8 bulan penjara, singkat cerita sewaktu saya di jengut dari salah satu anggota keluarga saya yang tinggal di jakarta, kebetulan dia tetangga dengan salah satu anggota panitera muda perdata M.A, dan keluarga saya itu pernah cerita kepada panitera muda M.A tentang masalah yang saya alami skrg, tentang pasal 351 KUHP, sampai sampai berkas saya di banding langsun ke jakarta, tapi alhamdulillah keluarga saya itu memberikan no hp dinas bpk Dr. H. Haswandi ,SH.,SE.,M.Hum Beliau selaku panitera muda perdata di kantor M.A pusat, dan saya memberanikan diri call beliau dan meminta tolong sama beliau dan saya juga menjelas'kan masalah saya, dan alhamdulillah beliau siap membantu saya setelah saya curhat masalah kasus yang saya alami, alhamdulillah beliau betul betul membantu saya untuk di vonis dan alhamdulillah berkat bantuan beliau saya langsun di vonis bebas dan tidak terbukti bersalah, alhamdulillah berkat bantuan bpk Dr. H. Haswandi ,SH.,SE.,M.Hum beliau selaku ketua panitera muda perdata di kantor Mahkamah Agung R.I no hp bpk Dr. H. Haswandi ,SH.,SE.,M.Hum 0823-5240-6469 Bagi teman atau keluarga teman yang lagi terkenah musibah kriminal, kalau belum ada realisasi masalah berkas anda silah'kan hub bpk Dr. H. Haswandi ,SH.,SE.,M.Hum semoga beliau bisa bantu anda. Wassalam.....

    BalasHapus